Sabtu, 02 Juli 2011

FILSAFAT PATRISTIK

FILSAFAT PATRISTIK

Istilah Patristik berasal dari bahasa latin Pater yang berarti bapak. Adapun yang dimaksud bapak disini adalah para pemimpin Gereja. Biasanya para pemiin gereja diambilkan dari golongan atas atau ahli piker.
Ketika peradaban Yunani sudah tersebar dikalangan mereka, para ahli pikir dari Pemimpin gereja berbeda enrapt mengenai perlu tidaknya filsafat Yunani digunakan oleh kalangan pemimpin Gereja.
Waktu itu para pemimpin gereja sangat mewarnai corak kehidupan masyarakat. Karena merekalah yang dapat mengeluarkan peraturan-peraturan gereja sebagai pengamalan terhadap ajaran-ajaran Tuhan.
Perbedaan ahli pikir dalam menghadapi masalah perlu tidaknya filsafat Yunani digunakan oleh para pemimpin gereja untuk ikut mewarnai peraturan-peraturn atau kebijaksanaan yang mereka keluarkan, memunculkan dua enrapt yang berbeda.
Pertama ; segolongan orang yang menolak filsafat Yunani dengan alasan karena : beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yaitu Firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran lain yang seperti dari filsafat Yunani.
Kedua; segolongan orang yang menerima filsafat Yunani sebagai kebijaksanaan yang dapat di ambil. Adaun mereka kemukakan ialah bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu Firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodanya saja(tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, akan tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan enrapt tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang memoriam filsafat Yunani menuduh bahwa (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani ) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan diri orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
Kemudian muncullah upaya-upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela imam Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Aurelius Augustinus. Filsafat Yunani memang belum mencapai kebenaran sepenuhnya, tetapi juga tidak keliru seluruhnya. Mungkin wahyu dapat memberikan kebenaran yang lebih lengkap namun tidak usah akal budi berlindung kepada wahyu.
1. Justinus Martir
Orang-orang apologis dari kalangan ahli pikir menggunakan filsafat Yunani untuk membela injil. Demikain juga yang dilakukan oleh Justinus Martir.
Nama aslinya ialah Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya. Ia berpendapat bahw filsafat yang digabung dengan idea-idea keagamaan akan menguntungkan, esensi dari pengetahuan ialah pemahaman Tentang Tuhan. Semakin banyak kita memikirkan kesempurnaa Tuhan, akan semakin bertambah kemampuan inteleknya. Supremasi Kristus tercapai karena ia telah mencapai kebenarannya yang utuh.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa agama Kristen bukan agama baru, karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani , dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal Nabi Musa hidupnya sebelum Socrates dan Plato, Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Nabi Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa kristus adalah logos . dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani (Socrates Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan. Sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni.
Mengapa mereka menyimpang? karena orang-orang yunani terpengaruh oleh demon dan setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu di banding dengan filsafat Yunani .
2. Klemens(150-215 M)
Klemens lahir pada tahun 150 di Alexander dan meninggal pada tahun 215. menurut pendapatnya bahwa memahami Tuhan bukanlah dengan keyakinan irasional, melainkan melalui disiplin pemikiran rasional. Filsafat merupakan persiapan yang amat baik dalam rangka mengenal Tuhan.
Menurut Klemens, Tuhan itu diluar kategori ruang dan waktu, jadi Tuhan itu transndens. Pengetahuan yang bagaimana pun tingginya tentang Tuhan dan sifatNya, bukan esensi-Nya, bukan hakikat Zat-Nya. Bahkan pengetahuan manusia tentang sifat Tuhan itupun bukanlah pengetahuan yang tuntas sebab semua sifat Tuhan juga esensial. Karena itu Klemens mengajarkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan haruslah dicapai melalui logos, bukan akal rasional. Selanjutnya ia menyatakan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan dicapai melalui logos itu. Melalui logos Tuhan memperlihatkan kuasa Nya, melalui logos pula Tuhan mencipta alam semesta, dan melalui logos juga manusia dapat mengenal Tuhan , logos digunakan oleh Klemens sebagai jembatan antara dunia spiritual dan dunia material.
Dengan demikian ia menghendaki memberi batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani . karena filsafat Yunani bagi orang Kristen menurutnya dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikirkan secara mendalam.
3. Origenes(185-254 M)
Origenes lahir pada tahun 185 M dan meninggal tahun 254 M. ia belajar pada beberapa guru dan sebagai guru yang terkenal ialah Klemens. Ia berusaha mempertahankan interpretasi kiasan tentang Bibel, yang secara rasional seperti berlawanan dengan keimanan. Tuhan menurut Origenes adalah transsendens ialah suatu konsep yang menjelaskan bahwa Tuhan berada diluar alam, tidak dapat dijangkau oleh akal rasional. Lawannya ialah konsep imanen yang berarti Tuhan itu di dalam alam. Karena Tuhan transendens itulah maka menurut Origenes kita tidak mungkin mampu mengetahui esensi Tuhan. Kita dapat mengkaji Tuhan melalui karya-Nya.
Menurut Origenes, alam semesta ini abadi. Menurut injil, alam semesta ini diciptakan dan akan hancur. Argument yang diajukan oleh Origenes cukup menarik. Bila alam semesta ini tidak abadi, maka akan ada suatu Perbedaan antara potensialitas dan aktualitas. Bila dibayangkan ada masa tidak ada alam semesta, berarti alam semesta pernah ada pada masa atau keadaan potensialitas. Setelah Tuhan menciptakan alam semesta, maka alam semesta itu menjadi actual. Ini berarti bahwa sifat Tuhan yang tadinya potensialitas mencipta berubah menjadi aktualitas terciptanya alam semesta. Kesimpulannya tentu saja Tuhan mengalami perubahan sifat. Ini tidak munkin menurut Origenes. Argument Origenes ini dapat dipahami bila kita menyangka bahwa cara kerja Tuhan sama dengan cara kerja manusia. Sayangnya tidak ditemukan uraian Origenes tentang cara kerja Tuhan. Argumennya yang dipakainya juga untuk memahami jiwa, ia menolak pendapat plato yang mengatakan adanya jiwa pada tahap pra ekstensi. Ila kita samakan pra eksistensinya Plato dengan potensialitas Aristoteles, maka kesimpulan kita ialah Origenes menolak potensialitas Aristoteles. Dan memang demikian pendapat Origenes. Konsekwensinya tentu saja univers ini abadi.
Adapun pendapat Origenes mengenai etika bahwa dunia ini merupakan pertarungan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat, kehidupan manusia adalah medan laga tidak henti-hentinya.dalam pergulatan itu, untuk keselamatannya manusia dibantu oleh malaikat baik sementara malaikat jahat dan setan mencoba mengajak manusia ke gang-gang sempit yang gelap. Penyelamatan terakhir diperoleh setelah manusia bersatu denga Tuhan. Lanjutan teori ini cukup menarik sekalipun sulit dipahami. Menurut pendapatnya, kejahatan memang diperlukan oleh Tuhan untuk menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang buruk, jadi menyempurnakan alam pendapat ini kata Origenes, tidak boleh disalah gunakan. Misalnya seseorang dengan sengaja melakukan kejahatan dengan alasan untuk menyempurnakan dunia. Pendapatnya yang lain yang berhubungan dengan ini ialah bahwa manusia mempunyai kebebasan memilih perbuatannya, memilih yang baik atau melakukan yang buruk. Konsekwensi pendapatnya ini ialah bahwa api neraka itu adalah pendisiplin dan api neraka itu tidak kekal.
4. Tertullianus (160-230)
Tertullianus lahir pada tahun 160 M dan meninggal tahun 222 M. ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, namu setelah ia melaksanakan pertobatan ia menjadi pembela Kristen yang gigih.
Tertullianus terkenal sebagai pembela kristen yang fanatic, ia menolak kehadiran filsafat Yunani, karena filsafat di anggap sesuatu yang tidak perlu. Dia berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudah lah cukup, dan tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat Filsafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan, bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, maka segala yang dikatakan oleh para filosuf Yunani dianggap tidak penting. Karena apa yang dikatakan oleh para filosuf Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosuf, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berfikir filsafat yang diharapkan tidak dibakukan. Saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja. Sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatNya.

0 komentar:

Posting Komentar